23.4 C
Bandar Lor
Senin, Mei 6, 2024

Ketika Cantik Berarti Baik dan Tampan Bermakna Bijaksana

Penampilan sering kali menjadi alat ukur dalam melihat nilai seseorang. Orang yang mempunyai tampang yang bagus diidentikkan dengan orang yang baik sedangkan yang memiliki tampang biasa diidentikkan sebagai orang yang biasa bahkan buruk. Fenomena ini terjadi dimasyaarakat sejak lama, seperti tergambarkan didalam karya masyarakat dalam berbagai rupa, dalam film contohnya, tokoh yang mendapatkan peran antagonis sering kali didapatkan oleh orang yang memiliki tampang yang biasa, bahkan orang yang memiliki tampang hitam. Secara tidak langsung perkara ini memberi pemahaman kepada masyarakat bahwa orang yang buruk adalah orang yang memiliki tampang yang buruk. Mengapa demikian?

Kebersamaan yang menghasilkan kebaikan dalam kehidupan masyarakat mengahruskan adanya kesepakatan antara satu dengan lainya. Maka dari itu perlu adanya penerimaan diantara setiap elemen masyarakat. Pada akhirnya penerimaan terhadap kesepakatan ini akan menjadi titik tolak orang akan diterima dalam masyarakat atau dianggap baik oleh masyarakat. Mereka yang tidak menyepakatinya atau bertindak berlainan maka akan dianggap aneh dan terkucilkan. Faktor kesepatan ini diantaranya dalam masyarakat adalah tentang penampilan.

Baca Juga:  Pendidikan Mahasantri Dalam Rangka Menghadapi Revolusi Industri 4.0

Disisi lain, setiap individu memiliki kecenderungan menyukai perkara yang indah, sampai pada titik keindahan dijadikan sebagai indikator dari kebiakan. Maka kebaikan yang ingin dicapai dalam masyarakat adalah menuju keindahan dalam bermasyarakat. Disini Kecantikan dan ketampanan menjadi salah satu bentuk yang memberikan keindahan. Maka penampilan yang menjadi faktor kesepatan dalam masyarakat adalah penampilan yang berorientasi pada kecantikan dan ketampanan dari pandangan dalam masyarakat. Dan perkara ini dijadikan individu sebagai tindakan untuk mendapatkan penerimaan dalam masyarakat.

Seperti dalam Teori Aksi dari Talcott Parsons yang mengatakan bahwa tindakan manusia muncul sebagai subjek ketika berasal dari kesadaranya sendiri dan memiliki tujuan, sedangkan sebagai objek ketika muncul dari situasi eksternalnya. Disini perlu dijelaskan bahwa aksi ( action ) itu bukanlah perilaku ( behavior ). Aksi merupakan tanggapan atau respon mekanis terhadap suatu stimulus, sedangkan perilaku adalah suatu proses mental yang aktif dan kreatif. Dan menurut Parsons yang utama bukanlah tindakan individual, melainkan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang menurunkan dan mengatur perilaku individu tersebut.

Baca Juga:  Peran MUI di Era Demokrasi

Norma dan nilai dalam berpenampilan dalam hal ini masuk kedalam diri individu sebagai stimulus dari luar sekaligus kesadaran dalam diri sebagi sarana mengaktulisasikan dirinya didalam masyarakat. Atau dalam bahasa Parsons adalah untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia yang meliputi kebutuhan makan, minum, keselamatan, perlindungan, kebutuhan untuk dihormati, kebutuhan akan harga diri, dan lain sebagainya. Maka individu berusaha untuk menyesuaikan dirinya dengan norma yang berlaku didalam masyarakatnya. Diantaranya adalah dengan berpenampilan yang menentukan nilai deperti apakah individu dipandang. Karena jika tidak mengikuti akan menerima penolakan dalam masyarakatnya. Jadi hal itu, menjadi sarana kontrol bagi individu untuk melakukan sebagai mana mestinya yang dianggap sebagai keindahan yang menghasilkan kebaikan dalam masyarakat.

Baca Juga:  ETIKA MAYORITAS DALAM BINGKAI PLURALISME

Akan tetapi, ketika penilaian ini diterapkan secara dangkal maka kebaikan akan berarti memiliki penampilan yang sempurna, wajah yang cantik atau tampan, tubuh yang simetris, tinggi badan yang ideal, berat badan yang tidak melebihi kesepakatan, gigi bergincu, tubuh kotak kotak, dan lain sebagainya, karena penampilan secara dangkal adalah perkara yang bisa dilihat oleh indra. Padahal kenyataanya seringkali indra memperlihatkan sesuatu dengan sebaliknya. ada beberapa hal yang juga harus dipertimbangkan ketika melihat seseorang, tidak hanya dari dimensi fisiknya tetapi juga dari berbagai dimensi yang lainya. Cantik bukan berarti baik, tampan bukan berarti bijaksana.

Penulis : Sokhikhul Fahmi

Editor : Muhammad Afwan

Mungkin Terlewat

Stay Connected

15,334FansSuka
1,332PengikutMengikuti
7,578PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Trending