Oleh: Rohimin4 LP2M-Corong
“Sejarah berulang, pertama sebagai sebuah tragedi dan yang kedua kali sebagai sebuah peristiwa yang absurd”.
-Karl Marx-
Dewasa ini dunia sedang berada pada era revolusi industri 4.0, dimana selayaknya revolusi industri sebelum-sebelumnya, revolusi industri 4.0 juga akan memberikan dampak yang besar pada kehidupan umat manusia secara global, salah satunya adalah dalam meningkatkan efisiensi perekonomian, produktifitas dalam hal kinerja perusahaan serta hal-hal yang berhubungan dengan produksi yang berbau manufaktur.
Istilah industri 4.0 (industry/industrie 4.0) secara resmi dipresentasikan di Hannover Fair Jerman pada tahun 2012 sebagai satu dari sepuluh “Proyek masa depan” yang dibuat oleh Germany’s High- Tech Strategy 2020 (Davies, 2015; Kinzel, 2016; T. Pfeiffer, 2016). Awalnya hal ini diperuntukkan untuk mendeskripsikan perubahan teknologi pada bidang manufaktur dan menetapkan prioritas dari kerangka kerja kebijakan yang konsisten untuk mempertahankan daya saing global industri di Jerman.[1]
Sedikit berbeda dengan revolusi industri 3.0 dimana penggunaan automasi mesin hanya digunakan dalam mengerjakan tugas yang sederhana, sedangkan yang terjadi dalam revolusi indusrti 4.0 automasi mesin dan teknologi dapat melakukan tugas yang lebih kompleks, dimana hal ini dikenal dengan sebutan artificial intelegens(kecerdasan buatan).
Kemajuan teknologi mesin dan teknologi informasi semakin mempermudah kinerja produksi baik dalam sektor fundamental ataupun yang sederhana, automatisasi mesin mampu melakukan tugas-tugas kompleks yang diperkirakan berpengaruh sangat besar dalam kesediaan sektor tenaga kerja mulai dari level sederhana hingga pada yang ahli. Hal ini merupakan suatu kemajuan yang sangat baik jika dilihat dari sisi produktifitas dalam sistem produksi, namun apakah cukup jika hanya memandang dari sisi sistem produksi? Akan menjadi lebih baik jika sudut pandang mengarah pada hubungan dan pengaruh sumber daya manusia, mengapa demikian, dan bagaimana nasib, dampak atau pengaruh revolusi industri 4.0 terhadap nasib umat manusia terkhusus masyarakat indonesia.
Jadi, apakah revolusi industri 4.0 merupakan sebuah ancaman atau justru sebaliknya yakni peluang memajukan umat manusia mendatang? Saat ini hampir semua negara mengalami kegalauan yang panjang hingga menjadikan diskursus berkepanjangan, tidak hanya negara-negara berkembang saja, melainkan negara maju pun sama, masih melakukan diskursus yang sama dalam hal menyikapi revolusi industri 4.0.
Revolusi Industri 4.0 Dan Dampak Perubahan Sektor Ekonomi Masyarakat
Dalam sejarah revolusi industri, sejauh ini dunia mengalami 4 kali dalam sejarah perubahah revolusi industri, tentu hal ini memiliki dampak yang berbeda-beda, transformasi tentu akan ditemukan dalam rekam jejak sejarah perekonomian dunia. Rekam jejak tersebut dimulai dari revolusi industri pertama (1.0) yang terjadi pada tahun 1748, dengan tanda kemunculan mesin uap, dimana hal ini memberikan dampak perekonomian hingga dapat menggandakan pendapatan perkapita negara-negara menjadi lebih berlipat.
Dengan pendirian pabrik pintar, mesin cerdas dan memiliki kemampuan konfigurasi yang tinggi memberikan kemampuan untuk berproduksi lebih fleksibel, sehingga mampu untuk menghasilkan produk yang lebih bervariasi dalam fasilitas manufaktur tertentu, proses manufaktur yang lebih tangkas dan cepat tanggap terhadap perubahan dalam waktu singkat (Kagermann, 2013).[2]

Revolusi industri kedua (2.0)ditandai dengan perkembangan energi listrik dan mesin penggerk atau motor penggerak. Perkembangan tekhnologi tersebut digunakan untuk memaksimalkan sistem produksi secara maksimal.
Revolusi industri ke tiga (3.0) bercirikan dengan munculnya industrialisasi berbasis elektronika, tekhnologi informasi dan automasi. Pada era revolusi ke tiga ini, kita diberikan suatu pemandangan yang serba digital, elektabilitas dalam membangun tekhnologi seolah membludak, era tekhnologi menjadikan salah satu penopang perubahan dalam sektor perekonomian masyarakat.
Transformasi dalam sektor industrialisasi dan perbaikan ekonomi terus berlanjut, hingga menginjak pada revolusi 4.0 yang kini masih kita hadapi di tahun 2019 saat ini. Potensi dalam bidang ekonomi pada revolusi industri 4.0 ini tentu memiliki andil yang sangat besar guna memberdayakan individu dan masyarakat, tentu dalam sektor perekonomian, hal ini tentu dapat kita ketahui bahwa, revolusi industri 4.0 sangat berbeda dengan revolusi industri sebelumnya, revolusi kali ini meliki sekala ruang lingkup dan kompleksitas yang lebih luas.
Kemajuan dalam hal teknologi baru mampu menciptakan integrasi fisik, digital sehingga mempengaruhi semua aspek disiplin ilmu layaknya ekonomi, industrii, pasar dan pemerintah.
Penjelasan diatas tentu menggambarkan bahwa revolusi kali ini merambah dalam segala celah perekonomian, baik dalam sekala mikro hingga pada jajaran makro. Digitalisasi ekonomi kini lebih dominan menggunakan teknologi canggih dalam kegiatan perekonomian. Hal ini akan menimbulkan dampak buruk bagi Negara berkembang seperti Indonesia, tenaga manusia yang notabennya sebagai penyerap tenaga kerja menjadi tersingkirkan, dan Negara berkembang seperti kita tidak mampu bersaing dalm bidang digital menimbulkan ekonomi yang memburuk dan maraknya tingkat pengangguran yang kian meninggi.
Namun situasi seperti ini apakah harus dihindari? Tentu jawabnya tidak, karena tidak mungkin kita dapat menghindari hal tersebut. Saat seperti inilah yang menuntut mahasiswa dan kaum santri untuk berperan menjadi diri yang lebih aktif, progres dan kreatif guna menjaga tingkat stabilitas ekonomi terutama kelas menengah kebawah.
Revolusi Industri 4.0 Perspektif Pluang Dan Tantangan Mahasiswa Dan Satri.
Revolusi industri saat ini dampaknya sedang mengalami fase puncak, dengan lahirnya berbagai teknologi digital yang berdampak pasif dalam kehidupan manusia, sistem teknologi dan informasi pada era seperti sekarang ini telah mampu mengadopsi kemampuan manusia, kecerdasan buatan (artificial intelligence) diyakini mampu membantu peran manusia dalam mengerjakan pekerjaan yang kompleks, sistem otomasi dalam semua proses aktivitas ekonomi kini hampir mampu menggantikan peran manusia sebagai tenaga kerjanya. Hal ini akan menjadi sebuah tantangan baru bagi kalangan satri dan mahasiswa.
Santri dan kalangan intelektual mahasiswa kini memiliki tantangan menyambut kehadiran era baru yakni era revolusi industri 4.0, era yang ditandai dengan era digitalisasi dan teknologi informasi, teknologi ini menunjukan bahwa di era seperti sekarang ini aspek kehidupan akan memasuki dunia virtualisasi, efek yang akan terjadi adalah tingkat efisiensi pola produksi akan jauh lebih meningkat, dilain sisi daya saing pun akan melonjak tak terhhindarkan.
Dunia yang telah memasuki revolusi industri 4.0 ini, sudah saatnya membangkitkan peran mahasiswa dan santi untuk bangun dari mimpi-mimpi indahnya, harus ada ide-ide kreatif dari kalangan mahasiswa ataupun santri guna menopang kehidupan kalangan masyarakat agar tidak terjadi suatu daya saing yang tidak beraturan, lantas bagaimana cara agar kalangan satri mampu bertahan dalam cengkraman yang seolah tak mampu dibendung seperti saat ini?
Pertama yang harus dilakukan bagi kalangan santri adalah mulai berfikir kritis dalam melihat realita dunia luar. Ilmu yang digali pun haruslah lebih mendalam, mampu memahami problematika sosial yang kompleks serta mampu mengkolaborasikan berbagai informasi baru sehingga meicu suatu paradigma baru sampai pada titik pandangan teoritik dan solusi, dan tidak berpaling pada kaidah yang di ajarkan syariat islamiyahnya.
Konsep ekonomi kreatif masih cukup luas sehingga perlu dilakukan pemetaan terhadap kriteria serta potensinya agar dapat menjadi sarana penguat ekonomi bangsa. Selain itu, masalah yang dihadapi menurut menteri perindustrian yaitu sumber daya manusia yang ada masih belum cukup berpengalaman serta teknologi yang masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara lain (Hartomo, 2018).[3]
Kedua kreatifitas dalam bidang trobosan baru sehingga mampu menghasilkan suatu hal yang baru. Kreatifitas sendiri tergantung pada pola fikir seseorang, sehingga dapat menghasilkan hal yang bernilai ekonomis, maka hal ini akan menjadikan pemberdayaan baru terhadap kalangan santri, baik dalam bidang industry ataupun pangan.
Ketiga kolaborasi, sebagai mahluk sosial, sudah seharusnya menyadari bahwa manusia adalah mahluk yang selalu hidup berdampingan, berkelompok-kelompok, maka dari itu berjejaring dan berkolaborasi sangat dibutuhkan dalam era seperti sekarang ini, karena semakin meluas jaringan yang dimiliki maka akan mempermudah akses dalam kerja ekonomi, kerja sama dan bersinergi menyatukan potensi satu sama lain.
Dan yang terakhir adalah komunikasi, salah satu penghambat kesuksesan adalah miscommunication, mengapa demikian? Jawabnya jelas, ketika santri tidak cerdas dakam menyampaikan gagasannya, maka salah faham dan hambatan dalam akses ekonomi akan terus terjadi. Tuntutan retorika dalam menyampaikan aspirasi, gagasan, idea dan planning harus dimiliki oleh seorang santri di era seperti sekang ini, karena era revolusi industry 4.0 sekarang ini, aksebilitas dalam berjejaring dan tatanan retorika wajib dimiliki guna menjalin pola komunikasi dan jaringan yang akan berdampak pada pembaharuan pola ekonomi santri, salah satunya adalah koprasi.
Penutup
Revolusi Industri 4.0 banyak membawa perubahan dalam kehidupan manusia. Revolusi Industri 4.0 secara fundamental telah mengubah cara beraktivitas manusia dan memberikan pengaruh yang besar terhadap dunia kerja. Pengaruh positif berupa efektifitas dan efisiensi sumber daya dan biaya produksi meskipun berdampak pada pengurangan lapangan pekerjaan.
Revolusi Industri 4.0 membutuhkan tenaga kerja yang memiliki keterampilan dalam literasi digital, literasi teknologi, dan literasi manusia. Pendidikan kalangan santri dan mahasiswa harus mampu membekali lulusan dengan ketiga literasi tersebut melalui revitalisasi yang meliputi sistem pembelajaran, satuan pendidikan, peserta didik, dan pendidik serta tenaga kependidikan kreatif.
Menyiapkan daya saing yang unggul, perlu dibangun kesadaran dan kedewasaan masyarakat dalam menyikapi perkembangan dunia saat ini, terutama di era post truth, ketika informasi yang mengalir deras tanpa kejelasan kebenarannya. Perlu dirumuskan strategi kebijakan nasional melalui kesadaran dan kedewasaan berpikir.
Hal paling rumit bagi seorang penulis adalah berfikir sebagai pencipta sekaligus pembaca#
“bedoel_4”
[1] Rahman Fauzan, “KARAKTERISTIK MODEL DAN ANALISA PELUANG-TANTANGAN INDUSTRI 4.0,” t.t., 21.
[2] Rahman Fauzan, 4.
[3] Hoedi Prasetyo1 Wahyudi Sutopo2, “Ekonomi Kreatif dalam Revolusi Industri 4.0 sebagai Penguat Ekonomi Bangsa,” t.t., 2.