31.4 C
Bandar Lor
Rabu, November 29, 2023

Perpustakaan ku?

Hari yang cerah, langit nampak menawan dengan hiasan awan yang begitu menyejukkan mata yang memandang.

Samar-samar aku mengingat kembali sebuah masa yang ku lalui sepuluh tahun lalu. Saat itu aku duduk di bangku kelas 2 SD dimana saat itu mempelajari tentang apa itu narasumber. Dari situ Aku sangat tertarik ingin menjadi seorang narasumber yang bisa memberikan informasi pada orang-orang, sayangnya yang ku pelajari saat itu hanya sebatas itu saja.

Tahunpun kian berganti, Aku mulai diajari apa itu wawancara. Yang ternyata didalamnya tidak hanya ada narasumber melainkan ada juga yang disebut reporter, wartawan dan unsur 5W+1H yang bisa menjadi penunjang sebuah teks wawancara tersebut menjadi sebuah berita atau informasi yang dapat dipertanggungjawabkan data-data yang ada di dalamnya.

Tahun demi tahun terus berlalu sampai akhirnya aku masuk di perguruan tinggi UITribakti Kediri. Akupun mengikuti kata hatiku untuk menekuni hobiku dalam kepenulisan. Dan dengan pertimbangan kegiatan pondok dan kegiatan kuliah, akupun mendaftarkan diri Pada Lembaga Pers dan Penelitian Mahasiswa (LP2M) CORONG ( Creative Organisasi of New Generation).

Singkat cerita tibalah pada suatu agenda JUNLAP ( Terjun Lapangan), saat itu kami dibekali ilmu bagaimana menjadi wartawan yang baik yang menguasai unsur 5W+1H dan beberapa tehnik lapangan dalam menggali Informasi agar bisa dijadikan sebuah berita. Selesai dibekali kami pun diutus untuk langsung ke lapangan sesui dengan kelompok yang sudah dibagi sebelumnya oleh Direktur. Saat itu Aku sekelompok dengan Mbak Dewi dan dibina Oleh Kak Abdilah. Kami memutuskan untuk mewawancarai pihak perpustakaan kampus saat itu.

Walau dengan proses yang agak rumit dan dipersulit, akhirnya kami berhasil mewawancarai salah satu bagian kepengurusan perpustakaan tersebut, yaitu bapak M. Rifan selaku Layanan Sirkulasi (Peminjaman dan pengembalian buku)   Dan ini adalah hasilnya dari percakapan kami.

Baca Juga:  Belum Optimalnya Pelayanan Pembuatan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM)

Dewi   : “Apa sajakah hak-hak yang berhak didapat para Mahasiswa baik yang baru maupun yang lama?”.

Narasumber: “ Semua mahasiswa sama haknya.

  1. Berhak meminjam buku, meminjam dalam jangka waktu maksimal satu Minggu. Jika melebihi maka terkena biaya denda sebesar perbukunya Rp 500,- .
  2. Terkait Kartu Anggota Perpustakaan atau KTA (Kartu Tanda Aggota). Khususnya untuk Mahasiswa yang mau meminjam buku.

Cara memperoleh KTA itu sendiri (bagi yang belum memiliki, khususnya mahasiswa baru)  maka harus mengisi formulir pendaftaran jadi anggota,baru nanti akan dapat kartu (tanpa biaya atau tidak bayar).” Kemudian beliau menambahkan: “ Dulu ada adminnya Rp 15.000,-. Sekarang tidak karena sudah ada dari pusat, begitu juga KTM. Untuk angkatan 2021, KTM jadi satu dengan KTA. Angkatan2022, KTM jadi satu dengan KTA, BSI/ATM.”

Sebenarnya dulu sudah pernah kerjasama dengan BSI. Tapi ada anggota yang 100% ga jadi. Akhirnya tahun 2021 dijadikan satu, tahun 2022 kembali lagi jadi sama dengan BSI”.

Dwi : “ Mengapa jadwal bukanya hanya di jam-jam matkul saja? Padahal hal tersebut memicu ketidak efektifan fungsi dari perpustakaan itu sendiri”.

Narasumber : “Sebenarnya jam buka perpustakaan kurang lebihnya sama dengan kantor pusat ( 08:00-12:00 maksimal 12:30 WIB). Biasanya kalau jam 12:00 masih ramai jadi ditutup jam 12:30. Jadi masih ada waktu untuk mahasiswa masuk perpustakaan. Memang dari dulu jatah dari Pusat seperti itu. Sudah aturan dari institut. Sudah ada juga jam buka sore, Milah setengah dua hanya untuk hari-hari tertentu saja, diantaranya Rabu,Kamis, Jum’at, Sabtu. Untuk tahun ini perpustakaan tidak ada libur, hari Minggu tetap buka mulai jam 08:00 WIB sampai jam 14:00 WIB khusus hari Minggu”.

Dewi : “ Siapa saja yang bertanggung jawab baik dari segi pengolahan dana, dan juga pengolahan ruangan dan pengolahan buku-buku yang ada di perpustakaan?”.

Baca Juga:  Kuliah di Negeri Orang

Narasumber : “ Yang bertanggung jawab itu

  1. Kepala perpustakaan : Bapak Drs. Miftahudin M.Pd.
  2. Pelayanan sirkulasi : Bapak M. Rifan ( Saya sendiri)

Pada bagian ini memiliki anggota bagian sirkulasi dan juga layanan umum”.

Dwi : Dari mana sumber buku/ dana dari perpustakaan?”.

Narasumber: “ 1. Kantor pusat (jelas dari Mahasiswa) menyediakan dana untuk perpustakaan tiap tahun.

2.Sumbangan dari pemerintah

3. Dari Alumni berupa buku. Kadang ada yang sukses di percetakan yang kemudian buku-bukunya dikirim ke perpustakaan.

4. Dari denda mahasiswa yang punya tanggungan denda diatas Rp 50.000,-.

Dewi : “Bagaimana sistem pengolahan dan sistem pembaruan buku-buku yang disediakan?”.

Narasumber : “ Hanya ditambah, yang diganti yang rusak/hilang entah dari mahasiswa atau dosen. Programnya pasti tiap tahun ada yang baru”.

Dwi : “ Kapan pihak Perpustakaan/pihak kampus mensosialisasikan tentang program kampus berupa perpustakaan?”.

Narasumber : “ Sebenarnya gini, dari brosur sudah ada perpustakaan cuman tempatnya itu (Mahasiswa banyak yang belum tau di mana letaknya). Di brosur itu ada, di slid pembayaran juga ada.

Yang dulu perpustakaan ada satu, samean tahu ada berapa?. (Tanya beliau pada kami, kami jawab dengan gelengan kepala).

Padahal dulu ga di sini. (Imbuh beliau)

Tahun 2019 baru pindah di sini. Sebenarnya perpustakaan Cuma ada satu dan tempatnya di Utara kantor pusat. Berhubung bertambahnya buku tiap tahun maka perpustakaan tidak muat, karena jurnal dan buku-buku mahasiswa diletakkan di perpustakaan. Komputer ada di perpustakaan lama. Perpustakaan baru isinya Jurnal,skripsi. Kalau ambil ijazah di perpustakaan lama”.

Setelah jawab beliau tersebut kami mendapat notifikasi bahwa kami harus menyudahi wawancara tersebut karna waktu yang diberikan untuk agenda Junlap sudah habis. Meskipun masih banyak pertanyaan yang mengganjal di benakku saat itu aku tetap memilih mengakhiri sampai di sini saja.

Baca Juga:  Kuliah di Negeri Orang

Kami lalu mohon maaf,dan pamit undur diri dari perpustakaan dan kembali Ke sekretariat LP2M corong guna mendiskusikan data hasil wawancara kami dan kelompok-kelompok lain.

Ditengah perjalanan ternyata Mbak Dewi yang notabetnya ektensi harus kembali ke kelas karena dosen pengempunya sudah hadir.

Aku pun kembali ke sekretariat bersma kak  Abdilah. Disekertariat aku diminta untuk menjelaskan apa yang sudah ku dapat.Setelah itu kembali ke pondok.

Sangat disayangkan dari wawancara hari itu tidak mendapatkan informasi yang lengkap.

Ada banyak hal yang terasa janggal, Bahkan mengenai KTA dan juga kepengurusan perpustakaan tersebut.

Esok harinya aku datang lagi ke perpustakaan, kebetulan yang menjaga adalah bapak Rifan sendiri. Aku datang untuk membuat KTM, namun tertenyata proses pembuatannya memakan waktu yg lama bahkan lebih dari satu Minggu dan Hingga saat ini belum jadi L.

Hal tersebut mengundang pertanyaan lagi, mengapa prosesnya selama itu? Padahal alat-alatnya sudah tersedia, dan data-datanya sudah lengkap. Saat ku tanyakan katanya harus antri karna masih banyak yang belum dibuatkan sebelum aku.

Dan benar saja saat ku lihat sebuah kotak dan daftar nama peserta yang blm dibuatkan pun sangat banyak sekali. Sayangnya aku tidak sempat melihat berapa banyak jumlah yang pasti saat itu.

Lalu apa gunanya kepengurusan perpustakaan jika hal-hal demikian tidak bisa diatasi?

Bahkan susunan buku yang katanya ada seksi sendiri yang mengaturpun masih nampak berantakan, tidak tertata, dan tidak tersusun sesui judul atau tema, sehingga menyulitkan orang-orang yang ingin membaca. Penyusunan tempat duduk antara putra dan putri juga tercampur. Bukankah tidak sesuai dengan latar belakang kampus yang berbasis pesantren..

Emm.. Ingin sekali memperoleh data lagi…ingin wawancara lagi.

penulis : Dwi N

Mungkin Terlewat

Stay Connected

15,334FansSuka
1,332PengikutMengikuti
7,578PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Trending