LP2M.Corong- Teater Goesti kembali mengadakan persembahan teater dengan menampilkan tiga pementasan dengan naskah yang berbeda, di ruangan kelas Kampus IAI Tribakti. (15/11/2020)
Kegiatan pementasan Teater Goesti yang bertemakan Sugeng Rawuh merupakan agenda rutin setiap tahunnya untuk menyambut anggota baru di keluarga Teater Goesti. Kegiatan pementasan ini diadakan dengan dua sistem yaitu offline dan online menggunakan via live Ig Teater Goesti.
Menurut Aly Muafa selaku Sutradara, “pementasan dalam Sugeng Rawuh itu sebelumnya hanya satu pementasan dan tumpengan, tapi ditahun ini berbeda karena ketika opak 54 berlangsung kita belum bisa mendapatkan proyek untuk pementasan di opak 54. Dari situlah acara Sugeng Rawuh kita kasih kepada penikmat seni dan khususnya anggota baru kita dengan tiga pementasan yang berbeda.”
Acara dilaksanakan mulai dari 09.30, banyak dari mahasiswa maupun tamu undangan yang antusias melihat dan datang diacara pementasan Sugeng Rawuh ini. Walaupun pementasan ini dilakukan pada masa pandemi, dari sedulur-sedulur Teater Goesti tetap memerhatikan dan melaksanakan pementasan dengan mengikuti protokol kesehatan.
Dimulai dengan pementasan naskah Monolog “Aku Tak Bernama” yang diperankan oleh sedulur Ella dan disutradarai oleh Aly Muafa ini mengisahkan “tentang kehidupan seorang mahasiswa yang berubah karena sahabat. Yang sejatinya sahabat membawa kita kedalam semangat kebaikan tapi dalam naskah itu sahabat aq cerminkan kedalam cermin yang membawa keburukan. Untuk mengedukasi para penonton yang secara keseluruhan semuanya adalah mahasiswa untuk mengetahui bahwa yang namanya sahabat itu yang membawa kita dalam kebaikan bukan keburukan.” tutur sutradara dalam naskah ini
Gambar diambil oleh penonton
Lalu disambung dengan pembacaan puisi yang dibawakan oleh temen-temen instansi kampus dan dilanjut dengan persembahan nyanyi yang dilakukan oleh para penonton yang dipersilahkan MC untuk maju, baru setelah itu dilanjutkan lagi naskah kedua “Bendera Setengah Tiang” dan dilanjut dengan naskah “AddMinus_harus jadi Presiden” yang dibawakan oleh sedulur-sedulur teater goesti.
“Alasan kita mengambil naskah Bendera Setengah Tiang itu merupakan hasil dari pementasan yang tertunda karena adanya Covid-19 di bulan Maret, dan untuk menjaga semangat anak-anak yang berproses tapi tidak dapat pentas karena Covid-19. Dan untuk naskah addminus_harus jadi presiden itu sindiran bagi pemerintah sekarang yang sering korupsi. Pengusaha yang rakus menghisap darah rakyat nya, dan untuk pejabat yang semena-mena ini juga untuk memahami para mahasiswa agar mengerti bahwa kekurangan pada diri kita bukan menjadi hambatan kita untuk menggapai cita cita.” Kata Aly Muafa.
Sebenernya persiapan kita jauh-jauh hari dari bulan september itu sudah kita mulai prosesnya tapi untuk tempat saya sendiri menyayangkan terhadap kampus terkait kurangnya sosialisasi acara wisuda yang akan di selenggarakan di kampus. Saya mengetahui itu satu minggu sebelum pementasan teater dari situ kami keteteran bagaimana mengkonsep acara kami yang harusnya awal di gedung Aula Mahrus Aly tapi ternyata di situ di tempatkan sebagai tempat untuk penyelengara wisuda tapi kami tetep berusaha bagaimana acara kami bisa berjalan dan akhirnya kami meminjam kelas yang sedikit luas untuk acara kami. Dan Alhamdulillah acara berjalan lancar, kita mendesain panggung pementasan kurang lebih dua hari dua malam tapi hasil maksimal.” Lanjutnya.
Harapan saya untuk semua yang hadir langsung ataupun yang melihat lewat online di IG mereka mengetahui dan memahami. Bahwa “TEATER ITU TIDAK HANYA MENJADI HIBURAN SEMATA TAPI JADIKAN TEATER ITU ADALAH MOMOK MENAKUTKAN BAGI PARA PENGUASA (penguasa negara, daerah maupun kampus).” Tegasnya
Reprted by: ANS