LP2M.Corong – Puluhan Masyarakat antusias melihat Film yang berjudul “Atas Nama Percaya”. Film tersebut mengangkat kisah kelompok penghayat kepercayaan dan entitas tersebut mewakili ratusan kelompok penghayat yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia
Acara Ini diselenggaran Oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri dan Perhimpunan Pers Mahasiswa (PPMI) Dewan Kota Kediri menggelar diskusi dan pemutaran film dokumenter yang berlangsung pukul 18.30 Wib, Sabtu (11/01).
Tidak tanggung-tanggung, acara yang berlokasi di Warkop Maspu (Kulon), Jl Lingkar maspumambang , jalan Lingkar Maskumambang, Sukorame, Kec. Mojoroto, Kota Kediri menghadirkan tiga pemantik sekaligus.
Mereka adalah Diah Ayu Septi Fauji (Manajer Pelatihan Penelitian Peneleh), Sunarno (Dosen Psikologi IAIN Kediri), dan Rino Hayu Setyo, (anggota AJI Kediri) Ketiganya memberikan materi berbeda.

Film hasil karya kerja keras Dandhy Dwi Laksono merupakan program dari Pruralitas Indonesia yang bekerjasama dengan CRCS (Pusat Studi Agama dan Lintas Budaya) UGM Yogyakarta, Watchdoc, Sekolah Urusan Global Pardee, dan Universitas Boston.
Film yang menceritakan pahit manisnya warga yang menganut kepercayaan. Permasalahan kepercayaan yang belum tuntas dibahas oleh pemerintahan, bahkan itu menjadi pekerjaan rumah yang perlu dituntaskan oleh masyarak itu sendiri.
Reporter Corong meminta pendapat Sekretaris Jendral (Sekjen) PPMI DK Kediri dan masih berstatus mahasiswa Tribakti, yaitu Ahmad hidayatullah atau akrab disapa Gus Yeyen. Ia mengonfirmasi bahwa acara ini termotifasi untuk tujuan bagaimana birsikap atas penganut kepercayaan dan menambah wawasan tentang kepercayaan.
“Diadakannya film ini untuk menambah wawasan tentang kepercayaan yang berada di Merapu dan Komunitas Perjalanan juga yang membuat kita bisa mengambil sikap atas isu pluralitas,” tutur Ahmad Hidayatullah selaku Sekjen PPMI Dewan Kota Kediri.
Aguk Fauzul Selaku Ketua AJI mengutaran bahwa “Film ini penting untuk memperkaya wawasan kita, sekaligus memperkuat rasa toleransi dan saling menghargai. Sebab, di wilayah Kediri juga banyak kelompok penghayat yang hingga kini masih eksis,” tutur Aguk Fauzul ketua AJI Kediri.
Dipenghujung acara, Sunarno selaku pemantik mengungkapkan pendapatnya, “Untuk menuntaskan masalah ini, hal pertama yang perlu dilakukan adalah adanya dialog antara pemerintah, masyarakat, dan para penghayat,” ujar Sunarno.
Reporter: Siska
Editor: Syaksia