“Human Trafficking sangatlah seksi dan menakutkan. Namun berbagai elemen masyarakat aktif melawan Seperti halnya Kediripedia.com memperjuangkan hak asasi manusia lewat karya film berjudul Renggut”
Tinggi, kokoh dan tegak menjadi sandaran Layar tancap. Pohon bambu tersebut menjadi saksi, kala malam mulai gelap dan hawa mulai mencekam. Puluhan orang mulai menempati kursi-kursi yang disediakan oleh warung Maspu Etan.
“Manusia tidak untuk diperdagangkan” menjadi trigger warning dari film yang disutradarai oleh Dwijo U Maksum. Film yang berdurasi sekitar 14 menit ini mengisahkan tentang perdagangan manusia.
Film yang berjudul Reggut ini sangat unik, mulai dari aktor dibentuk dari komunitas bengkel yang ada di kediri dan pendalaman karakter hanya menghabiskan waktu seminggu, bahkan penyelesaian pembuatannya pun begitu singkat.
“Waktu seminggu dalam pendalaman karakter. Artisnya tim futsal dan paguyuban bengkel”, kata M Faisal saat acara nobar film renggut berlokasi maspu etan, (09/01).
Film dengan durasi pendek, namun serat makna, terutama tokoh utama dan alur ceritanya.
Dalam Alur ceritanya, Badar salah satu nama tokoh utama dalam film Renggut. Keseharian tokoh utama rutin berjudi, mabuk-mabukan dan main perempuan. Badar kemudian hari menjual peninggalan orang tuanya seperti, televisi, motor, dan radio. Bahkan dalam film tersebut Istrinya ikut terjual karena tidak mampu melunasi hutangnya.
Harta tersebut sebagai modal untuk memenuhi nafsu bersenang-senang Badar. Dalam situasi terkurung hutang, Badar tanpa sengaja bertemu sindikat pemasok perempuan, penjahat tersebut gemar menjadikan perempuan sebagai pelacur, pelaku kerap melakukan tindak kekerasan. Diculik di suatu kawasan, seperti hilangnya malam karena matahari telah terbit, tanpa belas kasih apalagi cinta.
Aktor yang hadir dalam acara Nobar Film Renggut edisi ke 2, antara lain Imam Syafi’i (Garas), Muhammad Basuki (Badar), M Faisal Reza (Rukin), Putut Eko P (Sondong), Nur Huda (Lodang), Dimas Eka Wijaya (Togor), Budiyanto Latif (Japrak), Tito Cahyono Nugroho (Kawit), Bagus Rizal Efendi (Kenthus), dan Mahdil Mawahid Azis (Sutris).
Aktor-aktor yang terbentuk dari tim sepak bola futsal, setelah melaksanakan peranya masing-masing, ada yang membekas. Menurut Pemaparan Bagus salah satu aktor yang berperan sebagai Kenthus, yang sangat membekas dalam segi pengkarakteran.
Bagus juga menambahkan dalam segi pendanaan, menurutnya tidak ada sepeserpun.
“Karakter mash nyangkut dalam film. nol bugged”, Katanya Bagus berperan sebagai Kenthus dalam film Renggut.
Dwijo U Maksum selaku penulis naskah film mengutarakan proses naskah, nama tokoh, penentuan lokasi dan pemilihan bahasa terbentuk dari diskusi dan riset dan dengan adanya sesuatu yang menunjang, film berjudul Renggut bisa tayang di waktu yang singkat.
“Film Kediripedia murni dari diskusi dan riset secara mendalam dan film ini terkesan cepat dalam produksi karena ada sesuatu yang mendukung”, katanya saat memberikan jawaban tentang latar belakang pembuatan film.
Pak Dum sapaan akrab nya. Dengan menggunakan bahasa jawa dan nada kasar, ia beralasan film tersebut Independent dan bahasa jawa kasar untuk sekarang bukan termasuk kekerasan verbal bahkan dianggap biasa. Namun adegan yang ada unsur kekerasan fisik ditiadakan.
“ada alasan mendasar menggunakan kata kasar, kalo ini bersifat indie, independen, alasan di film tidak kekerasan fisik, kekerasan verbal tidak bermakna apa-apa”, katanya saat acara nobar di warung maspu etan.
Mas Pulo sapaan akrabnya menambahkan. Film yang berjudul Renggut mengisahkan tentang human trafficking dan bahasa yang dipilih jawa kasar, agar selaras dengan alur cerita dunia para bajingan itu keras. “Human trafficking dunia keras dunia para bajingan”, katanya Pulo salah satu aktor film Renggut.
Bermula dari beberapa kasus tentang perdagangan manusia. Film Renggut diangkat dari kejadian nyata. Human trafficking berbentuk penjualan anak, perempuan dan juga laki-laki. Kasus tersebut sering dijumpai di tempat terdekat kita. “Film ini nyata dan kejadian seperti ini terjadi di tempat terdekat kejadian penjual anak dll”, kata Dwijo U Maksum.
Harapannya dengan adanya film Renggut, semoga masyarakat antusias dalam melawan perdagangan manusia. Karena tubuh bukan untuk dijual belikan, melainkan pemberian Tuhan untuk dinikmati sendiri.
Reporter: Joy Stave