LP2M.CORONG- Bencana memang telah berakhir hampir dua bulan yang lalu, namun dampaknya tetap terasa hingga saat ini. Apalagi, hal yang paling memilukan ialah ketika kabar duka tersebut kini mulai hilang dari peredaran dan tak lagi menjadi sorotan akibat terkalahkan oleh hoax dan isu-isu politik yang sedang memanas dan akan terus berlanjut hingga tahun 2019 mendatang. Dikhawatirkan, akibat perhatian yang berkurang, proses kebangkitan dan pemulihan akan berjalan lambat. Sedangkan kenyataannya, kondisi korban bencana masih sangat membutuhkan uluran tangan dari masyarakat Indonesia lainnya. Bukan hanya pangan dan tempat tinggal sementara, namun mereka juga sangat membutuhkan pendidikan yang layak bagi anak-anak dan penyembuhan trauma yang mereka rasakan pasca bencana gempa, tsunami dan likuifaksi.
Namun tidak demikian dengan Institut Tribakti. Dua minggu telah berlalu sejak kegiatan pengiriman bantuan logistik tahapan pertama mereka untuk korban bencana yang menimpa Palu, Sigi dan Donggala, kini mereka menunjukkan konsistensinya untuk kembali berkontribusi dalam pemberian bantuan bagi korban. Pada tahapan kedua ini, bantuan diberikan dalam wujud yang berbeda. Kali ini, bantuan difokuskan pada pengembangan pendidikan dan trauma healing bagi psikis korban, yang dilakukan dengan beberapa pendekatan salah satunya yaitu melalui pendekatan dibidang penguatan ruhaniyah.
Kegiatan penguatan ruhaniyah tersebut diawali dengan menggelar dzikir dan do’a bersama Pondok Pesantren al-Hikam dan warga setempat, yang mana kegiatan ini disponsori oleh beberapa lembaga ormas diantaranya LPM Indonesia, IKPM Sulselbar, IKPMI Ngatabaru, Yayasan Azzavirtium, Kopia dan sahabat al Hikam Malang-Depok. Dzikir dan doa bersama ini dihadiri langsung oleh KH. Hilmi al-Shidqy al-‘Aroqy, selaku Wakil Pengasuh Pondok Pesantren al-Hikam Depok, sekaligus memimpin dzikir dan do’a untuk mengenang 40 hari pasca tragedi bencana yang menimpa Pasigala. Bahkan, acara juga dihadiri oleh Syeikh Elsaman Ahmad Hasanein, selaku delegasi Mesir dibidang pengembangan pendidikan untuk Indonesia. Dalam tausiyahnya, tak lupa beliau berpesan dan mengingatkan kembali kepada warga bahwa cobaan yang diberikan merupakan kabar gembira bagi orang-orang yang sabar ketika mendapatkan musibah, dan tetap ikhlas mengembalikan semua nya atas kehendak Allah SWT.
Sementara itu, menurut Arif Syah, sejauh ini pendekatan ruhani yang mereka lakukan untuk pengembangan pendidikan dan trauma healing, selain banyak bergerak dibidang ibadah, seperti menggelar dzikir dan doa bersama, mereka juga menghidupkan kembali sholawat nabi yang dibentuk melalui beberapa majelis-majelis sholawat. Di tambah lagi, mereka berusaha untuk menempatkan beberapa sekolah-sekolah dan masjid darurat yang nantinya akan terletak di tiga titik pengungsian.
“Tentu saja harapan terbesar kami saat ini, selain dapat menghidupkan pendidikan di beberapa Camp pengungsian, kami berharap juga dapat menjadi Obat bagi psikis korban yaitu dengan melakukan pendekatan ruhani itu”, ungkap Arif Syah selaku Humas Banuatapura dan Koodinator lapangan Al-Hikam di Palu sekaligus menutup penyataanya beberapa waktu lalu.
Nb: Tulisan Kedua Arif Syah Mahasiswa Tribakti Asal Palu