Bagaimana perspektif gender dalam aswaja? KH. buya arrazi Hasyim berikan pendapatnya.

Lp2m.corong- Acara Ngaji Bareng dalam rangka launching Pusat Kajian Pesantren Dan Aswaja di masjid Al Mahrus kampus Tribakti (09/03/2022).

Acara ngaji bareng dihadiri oleh Mahasiswa dan Dosen IAI Tribakti. Dan juga beberapa tamu kehormatan yaitu ketua yayasan IAI Tribakti Lirboyo Kediri beliau KH. Muhammad Anwar Mansur, ketua senad IAI Tribakti beliau KH. Kafa Bihi Mahrus, dan segenap jajaran pengurus IAI Tribakti lainnya.

Turut dimeriahkan oleh K. Buya Arrazi Hasyim selaku penceramah dalam acara tersebut. terlihat beliau memakai baju batik dan memakai celana dan duduk disebelah KH.Kafa yang juga merupakan muassis pondok pesantren Lirboyo Kediri.

Acara berjalan sekitar satu jam lebih tiga puluh menit, terlihat juga antusiasme dari para hadirin yang memenuhi lokasi area masjid.

Dalam ceramah beliau yang dimoderatori oleh Dr. H. Abas shofwan Matlail fajar S.Hi LLM. Yang akan memandu acara inti siang hari ini.“Dengan adanya acara launching ini pembahasanya tidak lagi pembahasan dua abad yang lalu tapi pembahasannya yang ada sekarang”. tutur Dr Abbas.

Pada akhir ceramah, moderator membuka dua pertanyaan untuk para hadirin yang menambah kemeriahan acara pada siang hari ini.

Ada salah satu mahasiswi Tribakti yang bertanya tentang bagaimana Gender dalam perspektif Aswaja?. Pemateri merespon pertanyaan dengan baik dan memberikan pendapatnya bahwa “perspektik Islam terhadap gender itu tidak bisa diklaimyang ada perspektif muslim terhadap gender. Islam yaitu satu kebenaran dari Allah, tapi kebenaran satu ini tergantung perangkat alat yang kita punya untuk memahaminya. Penjelasan beliau pada awal menjawab pertanyaan tersebut”.

Orang yang ngaji ilmu alat dan qowaid fikiah seperti pesantren dan kampus kita ini akan beda cara baca teksnya dengan yang ngak pernah ngaji qowaid fikiah. Dan tolong jangan ikutan ala gender genderan. Saya justru berharap negeri ini punya karakter gender yang lebih kenusantaraan. Kita nggak perlu kajian gender itu, kajian gender ala timur tengah itu kenapa bisa menarik? Karena memang tidak diberikan ruang. Di negeri ini pesantren perempuan samping sampingan ama laki laki. lanjut beliau.

 

reported by Fahmi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.