Siapa sih yang nggak suka dengan film sci fi? khususnya anak muda sekarang yang sudah sangat lekat dengan teknologi pastinya akan sangat menyukai dengan film film yang berbau bau dengan teknologi, yang sekarang menjadi bagian dari dirinya. Film bergenre sci fi atau fiksi ilmiah merupakan film yang mengambarkan fenomena pengaruh dari berkembangnya sains yang di imajinasikan terhadap kehidupan masyarakat dan individunya. Di era metaverse ini banyak sekali produser perfilman mengangkat film yang bergenre seperti ini, dan tak jarang film tersebut akhirnya menjadi film berkelas yang mendapatkan banyak penghargaan.
Sepertinya peluang ini dilihat oleh produser film Amerika yang bernama Joel Silver, Grant Hill dan James Mc Teigue asal Australia dengan memproduksi film yang berjudul the matrix yang sampai pada tahun ini sudah mencapai empat episodenya. Silahkan bagi kalian belum nonton di rekomendasikan terlebih dahulu untuk menontonnya, karena dalam film ini terdapat makna yang dalam mengenai kemanusiaan era sekarang. Selian itu dalam film ini juga terdapat aksi seru yang dibungkus dengan teknologi canggih, sehingga selain memanjakan mata, penonton juga mendapat makna filosofis tentang kemanusiaan.
Film tersebut singkatnya bercerita tentang neo yang berusaha menyelamatkan umat manusia dari perbudakan yang dibuat oleh Artificial Intelegence (AI) atau kecerdasan buatan. Manusia oleh AI dijadikan sebagai baterai untuk menyuplai energinya dengan memasukkannya kedalam pot, dan didalamnya manusia telah di sambungkan dengan berbagai alat kedalam tubuhnya, sehingga membuat manusia tak bisa berbuat apa apa. Untuk menjaganya tetap hidup, manusia dijaga pikirannya agar terus aktif sehingga dibuatkan dunia simulasi yang menjadikan manusia seakan akan hoidup bebas hidup didunia manapun dan tanpa sadar sebenarnya realitasnya adalah di penjara didalam pot untuk diambil energinya oleh AI. Dunia simulasi tersebut dinamakan dengan The Matrix.
The Matrix dalam film tersebut memang tak ada hubungannya dengan dunia kampus. Tapi konsep dunia the Matrix itu dapat menjadi contoh representasi dari dunia kampus. Dalam kampus, dalamnya terdapat berbagai simulasi dari kehidupan nyata seseorang. Mulai dari simulasi negara yang tergambar dalam organisasi intra kampus BEM, pertarungan politik yang tergambar dalam organisasi ekstra kampus, dunia keprofesian yang terdapat pada organisasi Lembaga Pers Mahasiswa (LPM), Tim Laboratorium kejurusan, dll. Dari sisni dapat digambarkan bahwa hampir semua realitas yang ada pada manusia di buatkan simulasinya di dunia kampus, Maka seperti dunia The Matrix yang dibuat oleh AI dunia kampus merupakan dunia simulasi yang dibuat oleh manusia. Sehingga tak jarang dari para penghuninya merasakan efek hypereality (keadaan seseorang yang tak bisa membedakan antara dunia realitas dan dunia fantasi) yang membuatnya terjerumus dan terbius dengan keindahan dan kemapanan yang ditawarkannya. Padahal dibalik semua itu terdapat realitas yang begitu pelik sehingga mengharuskan perjuangan perubahan untuk menuju ke keadaan yang lebih baik. Tetapi terkadang mereka enngan melakukannya. Mereka lebih memilih untuk hidup hedon dan berdiam duduk manis dikampus dengan menikmati segala fasilitas yang tersedia. Mereka tak sadar bahwa dibalik semua kemewahan fasilitas itu ada realitas banyak orang yang berkorban untuknya.
Akan tetapi, kita tak bisa merepresentasikan “sama” begitu saja karena tujuan adanya berbeda. The Matrix dibuat untuk membius kehidupan manusia agar mereka dapat dimanfaatkan oleh AI, sedangkan dunia kampus dibuat untuk media pembelajaran seseorang sebelum mereka terjun direalitasnya. Kampus dibuat untuk menjadikan manusia bisa merubah keadaannya menjadi lebih baik. Sperti definisi perguruan tinggi yang terdapat pada UU RI No 22 Tahun 1961 tentang pergurua tinggi, yaitu lembaga ilmiah yang memiliki tugas menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran diatas perguruan tingkat menengah, dan memberikan pendidikan dan pengajaran berdasarkan kebudayaan Indonesia dan dengan cara ilmiah. Sehingga dunia kampus ketika berperan sesuai dengan tujuan adanya maka akan berkontribusi positif terhadap kehidupan. Berbeda dengan konsep dunia Matrix. Maka penting sekali untuk manfaatkan kesempatan yang ada di dunia kampus dengan sebaik baiknya dan menjaga diri jangan sampai terlena dengan segala fasilitasnya, karena itu adalah simulasi.
Penulis : Shokhikhul Fahmi
Editor : Muhammad Afwan